Jumat, 01 Agustus 2008

Istri Penyair

Ia perempuan tersesat,

menerima pinangan penyair menjadi suaminya.

Hari ini kita akan pergi ke Casablanca,

makan malam di Barcelona,

lalu menginap di Roma,

kata suaminya; sang penyair.


Ia bingung mendengar celoteh laki-laki kurus itu.

Ia mendengarnya seperti teriakan bikyak

dan tukang jual susu keliling yang mengganggu tidur pagi.

Kita belum punya uang sewa rumah.

Istrinya berkata dengan judes,

laki-laki itu tak ambil peduli.

Ia mengambil selembar kertas dan menulis kalimat pendek,

“Siapa suruh nikah dengan penyair!”


Kairo, Jumat 21:40 1 Agustus 2008

2 komentar:

ngonggor mengatakan...

setuju luk. nasib istri kita ga jauh beda. selalu diajarkan sarapan mimpi atau sekadar menelan angan. ya.. kita memang memberinya makan mimpi. ah.. moga mimpi itu ada satu senja nanti. (ali BGC)

alkabani mengatakan...

semoga mimpi itu beranak, supaya kalian yakin tidak sedang bermimpi!hehehe...keren euuyy....penyair2 BGC kumpul d sini