Kamis, 31 Juli 2008

Puisi Jatuh Cinta

Dari mana datangnya lintah
Dari perigi turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari puisi turun ke hati

Kairo, Jumat 5:54 1 Agustus 2008

Istana Baru

Kubangun istana baru bagi hadiah pernikahan kami yang ke limapuluh.
"Selamat datang di istana kami," ujar istriku ketika satu persatu tamu berkunjung. Aku masih membersihkan debu yang menempel di sampul buku, memperbaiki letak novel yang tak dikembalikan pada tempatnya, juga menyeka satu demi satu hurup yang mengajakku mengenang masa lalu.

"Kenapa istana di tengah padang ilalang itu tak pernah jadi kita bangun?" tanya istriku ketika para tamu telah pulang. Ia seperti menggugat puisi hadiah pernikahan kami. Langit sepenuhnya lengang dan aku masih menunggu hujan yang telah lama menghilang.

"Karena masih banyak buku yang harus kita beli."

"Kenapa kita harus membeli buku?"

"Karena kita ingin membangun istana."

Sampai akhirnya cucuku yang paling kecil berteriak, "Kek, ayo kita bermain-main di halaman istana." Aku kemudian mulai membaca kisah tentang Nabi Muhammad yang menerima wahyu pertama. "Iqra'. Bacalah. Bacalah dengan nama Tuhan yang telah menciptakan kamu."

Buku adalah halaman istana kami.

Jumat 4:28 1 Agustus 2008

Kado Pernikahan

Blog ini lahir sebagai kado pernikahan untuk istriku tercinta. "Aa, kok nggak bikin blog baru tempat kita bercerita." Aku tertegun mendengar permintaan sederhana istriku. Ia ternyata ingin aku tetap menulis; setidaknya untuk pribadi.

Sebagai awal pembuka, kutuliskan puisi ini dengan penuh cinta.

Ilalang

Ingin kubangun istana

di tengah padang ilalang

lalu kugubah puisi

tentang anak-anak kita

yang khusyu' mengaji,

bunga-bunga rumput,

dan senyummu

yang buatku tertawan

mari pulang ke istana hati

membaca syair Rumi

dan Syauqi

mengeja ayat suci

di bawah keemasan

sinar mentari

Kairo 08032007


Saat ini aku masih terdampar di negeri debu, Mesir. Tiada padang ilalang. Tiada juga istana. Hanya hati tempat bermain layang. Istriku, semoga dirimu tetap sabar menuntun aku untuk senantiasa mengisi hati ini dengan puisi dan ayat suci. Dengan demikian, istana hati kita tak akan runtuh oleh badai apapun jua.